Nusa Penida Menuntut Hak
Disuatu
ketika dalam sebuah acara maupun tersiar di media bahwa rakyat selalu dikatakan
mendapat bantuan dari pemerintah. Baik itu berapa uang, jalan, dermaga, beras,
maupun lainnya selalu dibahasakan masyarakat mendapat bantuan. Inilah yang
kemudian menjadi kebenaran umum yang melingkupi hati dan pikiran rakyat
Indonesia bahwa pemberian oleh pemerintah adalah bantuan. Kalau dicermati
lebih dalam dan dikaji dengan seksama sesungguhnya itu bukan bantuan. Lebih
tepatnya rakyat mengambil hak-haknya yang diamanatkan ke pemerintah melalui
skema tata kelola pemerintahan yang diatur undang-undang. Pola pikir
seperti ini ternyata menggejala dipemikiran sebagian kecil masyarakat Nusa
Penida bahwa segala apa yang diberikan oleh pemerintah Klungkung melalui bansos,
dana DAK, DAU maupun yang lainnya adalah bantuan. Padahal semua itu memang
seharusnya kewajiban pemerintah Klungkung dalam rangka menjalankan
tugas-tugasnya . Tapi yang terjadi di masyarakat segala bantuan pemerintah
seolah-olah dianggap adalah sebuah anugerah dari yang dipertuan agung.
Jalan,
air, listrik dan kebutuhan hidup hajat orang banyak dikuasai oleh Negara dan
melalui pemerintahan itu dikelola. Sumber-sumber pendapatan baik berupa pajak
maupun sector lainnya diberikan hak kepada pemerintah. Sebagai kewajibannya ia
melalui perangkatnya akan membuat program kerja dan kalau di Kabupaten
perangkatanya SKPD. Dengan pendapatan yang dimiliki oleh pemerintah daerah
Klungkung harusnya membuat jalan yang baik, listrik dan air yang bagus untuk
masyarakat. Semua itu adalah kewajiban pemerintah. Ketika masyarakat mengkritik
kebijakan pemerintah Klungkung dimana dermaga Gunaksa masih megap-megap, jalan
di Nusa Penida banyak lubangnya ketimbang benarnya, air yang masih hidup senin
kamis dan yang jelas kemiskinan masih cukup tinggis serta sarana prasarana
kesehatan masih minim harusnya ini dimaknai sebagai upaya untuk menuntut
hak-hak Nusa Penida, bukan minta bantuan. Mengapa disebut menuntut hak karena
pendapatan pemerintah Klungkung , provinsi dan pusat juga disumbangkan oleh
Nusa Penida baik pajak bumi, pendapatan pariwisata, pendapatan sarang wallet
dilembongan, devisa rumput laut dan berbagai hasil bumi serta perikanan Nusa
Penida sangat besar untuk APBN dan APBD. Sangat tidak adil ketika jalan di
kecamatan lain di Dawan, Banjarangkan dan Klungkung begitu bagusnya sedangkan
di Nusa Penida hancur lembur. Sangat tidak adil apabila di air di kecamatan di
Klungkng berkelebihan sedangkan di Nusa Penida pada musim kemarau harus menjual
ternak untuk membeli air. Sangat tidak adil pula ketika rumah sakit di
Klungkung sangat baik sedangkan di Nusa Penida masyarakat operasi minor saja
harus di rujuk dengan biaya transport yang besar. Inilah yang mesti kita
luruskan dari paradigma tentang konsep bantuan dan penuntutan hak.
Dibeberapa
tahun yang lalu memang ada tersiar kelaparan di Nusa Penida tepatnya tahun 1998
– 1999.. Berita itu dihembuskan secara terus menerus oleh sebuah Koran local di
Bali. Padahal di Nusa Penida waktu Nusa Penida seperti biasanya, dengan makanan
yang biasa yaitu ketela pohon, jagung dan sejenisnya yang dihasilkan. Isu
kelaparan ini mencederai perasan sebagian masyaraat Nusa Penida karena image
yang terbentuk seolah-olah Nusa Penida pulau kering tandus dan tak
menghasilkan. Banyak organisasi kemanusian seperti KMHDi mengunjungi Nusa
Penida waktu itu membawa beras dan sebagainya, masyarakat Nusa Penida merespon
sebagai suatu hal biasa, tidak ada suatu luar biasa yang terjadi apalagi
seperti berita yang dimuat yaitu kelaparan. Setelah ditelusuri ternyata semua
itu adalah akal-akalan dari berbagai pihak untuk melegalkan kasino dengan dalih
kelaparan dan keterbelakangan. Akhirnya rencana Kasino menjadi wacana
yang tidak pernah terwujud karena ia telah di hukum sang waktu tentang isu
kelaparan dan keterbelakangan Nusa Penida pada saat itu.
Nah
sekarang yang bisa merubah Nusa Penida kearah yang lebih baik adalah masyarakat
Nusa Penida itu sendiri. Dengan Sumber daya alam yang dikaruniakan oleh
Tuhan begitu indah sebagai kekayaan yang tidak pernah habisnya. Demikian pula
kebudayaannya yang masih asri dan terjaga kelestariannya. Serta sumber daya
manusia yang berkwalitas tentunya inilah menjadi daya ungkit kemajuan
Nusa Penida. Terlebih sekarang ada Putra Nusa Penida I Nyoman Suwirta sebagai
salah satu putra terbaik maju di Pilkada Cabup dan cawabup 2013 berpasangan
dengan I Made Kasta menjadi titik tolak kebangkitan Nusa Penida yang lama
tertidur. Kita harus menuntut hak-hak kita sebagai warga Nusa Penida yaitu hak
yang sama dibidang politik, ekonomi social dan budaya. Perubahan itu sudah
didepan mata, tinggal masyarakat Nusa Penida menggunakan kesempatan ini
atau tidak. Mari jadi bagian dari perubahan pilih Suwirta Kasta pasangan
CAbup cawabup No. 4
0 komentar: